Kita yang terlalu Baper atau Mereka yang Apa Adanya
Tuhan telah memberikan satu sentuhan yang istimewa
untuk kita sebagai manusia. Bagian yang tak terlihat namun sangat penting dalam
kehidupan. Namanya Perasaan. Ketika perasaan seorang insan sedang berbahagia,
segala sesuatu yang dikerjakan seolah ikut terhipnotis menjadi
menyenangkan. Bahkan masalah berat pun
akan terasa sangat mudah diatasi ketika keadaan hati sedang baik. Begitu juga
sebaliknya, bila perasaan sedang kacau maka semua hal akan menjadi imbasnya.
Jangankan masalah berat, masalah kecil saja akan sangat susah mencari solusinya
dan cenderung membesar hingga tak terbendung lagi.
Dalam kehidupan ini, kita adalah manusia yang akan
terus hidup berdampingan dengan orang lain. Memiliki rekan berbagi cerita yang
menemani kehidupan ini merupakan hal yang menyenangkan. Bukan hanya rekan si
pendengar yang baik namun juga rekan yang bisa memberikan solusi terhadap
masalah-masalah yang kita ceritakan. Memiliki rekan cerita yang dapat menata
hati dan perasaan yang sedang tidak baik-baik saja adalah harapan semua orang.
Namun apa yang kita duga, seringkali tak akan selalu
sama dengan apa yang terjadi. Begitu juga ketika kita menceritakan hal-hal
sakit kita pada orang lain. Berharap mendapat dukungan dan solusi justru caci
maki dan rasa terhakimi yang sering kita terima.
Entah kita yang terlalu merasa maju pola pikirnya
ataupun ini bisa juga kemunduran dalam bersosialisasi, perasaan kini
dikesampingkan. Perasaan dianggap remeh dan cenderung diacuhkan. Kini banyak
orang ketika berbicara tak lagi mau mengerti dan memahami bagaimana perasaan
orang lain. Terlalu menyantaikan semua hingga akhirnya berucap dan bertindak
tanpa sadar melukai perasaan orang lain. Entah itu tidak sadar atau dengan
sadar melakukannya, tapi setelah itu tanpa rasa bersalah dan tak peduli yang
ditampakkan.
Saat air mata dan kesedihan yang keluar karena
perkataan itu, semua kompak membela diri dengan mengatakan alasan:
“bukankah itu hanya perkataan yang sepeleh”
“bukankah itu hanya bercanda"
"dasarnya dia aja yang mudah tersinggung”
Setiap orang memiliki batas rasa sakitnya
masing-masing. Mungkin bagimu perkataanmu sebatas candaan tapi tak menutup
kemungkinan itu adalah kejadian pahit dalam hidupnya yang berusaha ia
lupakan.
Bendungan kokoh yang mampu menahan ribuan meter kubik
air juga akan berlubang bila trus di gores, begitu juga dengan perasaan sakit
seorang manusia. Kita tak akan tau berapa lama dan bagaimana perjuangan
seseorang membuat bendungan kokoh untuk
air mata kesedihannya. Apa yang telah ia korbankan dan berapa banyak ia menelan
kepahitan untuk melupakan semua rasa sakit, kita tak akan mengerti untuk itu.
Dan bila satu perkataan tanpa rasa tenggangmu yang menyakitkan itu tidak kamu
perhitungkan dan kemudian kamu lontarkan, itu akan menghancurkan bendungan yang
telah ia buat dan ini tidak bisa dianggap hal yang sepeleh.
Kamu tidak bisa menyamaratakan setiap hati dalam
merasakan dan memahami. Kamu tak bisa memaksa orang lain untuk mengikuti
alurmu. Aturlah mulutmu saat akan mengatakan satu kata kepada orang lain,
karena mereka yang sakit mungkin tak akan bisa langsung mengeluh padamu bahwa
kamu telah menyakitinya. Kamu bisa saja berlindung dibalik kalimat:
“saya adalah orang yang selalu terbuka jadi saya
hanya mengatakan apa yang saya anggap benar”
Namun kita juga bisa menjadi orang terbuka untuk
berempati terhadap orang lain ketika kita berucap dan bertindak. Mari berikan
solusimu dengan perkataan yang bisa diterima oleh orang lain dan tanggapilah
cerita sakit orang lain dengan rasa simpati, karena mereka yang sakit juga
telah berusaha untuk dirinya sendiri dan bukan tidak mungkin sebenarnya dia
sangat sulit untuk mengatakan semuanya padamu, tapi karena kepercayaannya
terhadapmu maka ia akhirnya mampu untuk menceritakannya.
Jangan hianati mereka yang telah percaya padamu. Usaha
keras yang ia lakukan dihari ini tidak akan pernah sama dengan usaha keras yang
kita lakukan dihari ini, karena semua memiliki versinya masing masing. Mulai
hari ini berhentilah untuk mengomentari dan menghakimi kehidupan orang lain
hingga menambah kesedihan yang sebenarnya tidak perlu dia rasakan. Semua orang
punya perasaan yang berbeda dan kita punya masalah dan perjuangan yang berbeda.
"Kita berjuang di jalan kita masing-masing"
Komentar
Posting Komentar