Hello, Masa Depan!
Masa yang baru memang akan sangat menyenangkan untuk dirayakan. Semua
orang akan bersiap menyambutnya dengan suka cita. Beragam hal sebagai hiburan
dipersiapkan dengan matang. Bahkan tak jarang, orang-orang rela tidak tidur
hanya untuk menantikan detik pergantian masa itu. Yap, euphoria pergantian
tahun memang punya pesonanya untuk dinikmati. Masa baru inipun memiliki arti
sendiri dengan segala persiapan yang telah disiapkan. Masa yang baru terkesan
seperti saat kita terlahir diwaktu yang baru. Kita seolah-olah berdiri di
perbatasan besar menuju kehidupan yang baru. Melihat sekeliling yang dipenuhi
dengan beragam orang yang telah menyiapkan daftar resolusinya. Semua terlihat
seperti seorang ahli yang telah menemukan teori untuk kemudian siap mempraktekkan
segala intuisi yang telah dikaji nya.
Bersorak melepaskan teriakan untuk menghitung waktu, inilah
kegiatan yang ditunggu untuk sebuah pergantian masa. Namun dibalik gema
sorakan, terselip segelintir kecemasan yang tipis sekali keberadaannya tapi
akan sangat besar dampaknya. Kecemasan
akan sebuah tuntutan dan standar target terhadap diri sendiri. Banyak impian yang
telah diimpikan namun terlalu cemas akan hasil akhirnya. Terasa takkan pernah
terwujud karena merasa diri ini tak akan pernah sanggup. Kita terlalu senang
membuat sebuah kesimpulan tanpa dasar, yang akhirnya justru mempersulit diri
sendiri. Mempersulit diri hingga memaksakan diri untuk berhenti berharap dan
terus jatuh kedasar terdalam. Optimis diawal masa kemudian terkikis sedikit demi
sedikit dengan kecemasan hingga pupus tanpa jejak. Dengan semua tekanan, kita
pun hanya menjalani hidup tanpa bergerak dari tempat saat ini. Terlalu cemas
dengan situasi, terlalu cemas dengan kritikan orang lain, dan terlalu cemas
dengan kemampuan diri sendiri.
Semua makhluk di dunia ini tidak akan ada yang sempurna dan takkan pernah tanpa celah. Namun
dengan segala celah, akan ada kelebihan yang dapat menutupi celah itu. Tuhan
telah mengizinkan kita untuk mengambil pelajaran dari apa yang telah di
ciptakan-Nya. Lihat capung yang terbang bebas di udara. Nyatanya kehidupan
capung tak sebebas yang terlihat. Dimasa hidup nya ia telah lama menjalani
kehidupan sebagai seekor larva yang hidup di peraian. Tak peduli soal bentuk
tubuhnya ataupun siapa dia, seekor larva capung akaan terus membantu manusia
untuk membersihkan lingkungan dan menjaga keseimbangannya. Lamanya 2 tahun
menjadi seekor larva perairan, capung ahirnya menyambut bentuk barunya, menjadi
capung dewasa. Capung akhirnya telah menjadi bentuk yang ia impikan untuk bebas
diangkasa. Penantian nya selama ini sebenarnya justru menjadi detik akhir hidupnya,
umur capung yang hanya maksimal 4 bulan, dan rata-rata 7 hari saja dengan
bentuk barunya. Kecemasan akan kenyataan hidupnya yang akan cepat sekali
berakhir tentu saja ada, tapi capung lebih memilih untuk terus terbang dan
menggunakan sisa hidupnya untuk melakukan apa yang sebenarnya menjadi tujuannya.
Memaksimalkan hidupnya yang singkat, dan tak penah memaksakan kehdupannya untuk
hal yang bukan menjadi jalan hidupnya membuat capung tak pernah menyesal dengan
takdir yang dimilikinya.
Mengapa kita tak bisa seperti capung untuk mengesampingkan
kecemasan demi sebuah target dan terus menjalani hidup tanpa memaksa diri
sendiri? Jangan bebankan dirimu dengan merealitakan persoalan yang sebenarnya
hanyalah ilusi yang menganggu.
Jika kamu terus mecemaskan untuk segala hal, maka kamu tak akan
berpindah dari situasimu saat ini. Kamu tak akan tau apa yang akan kamu
rayakan untuk setiap perbuatan yang berani kamu coba. Jangan biarkan penyesalan
berdatangan di akhir perjalanan. Jangan
biarkan gema keluhan dan kesedihan yang keluar sebagai kesan terhadap masa
depanmu. Sambutlah masa yang baru dengan perasaan haru dan suka. Bersyukurlah
untuk setiap hari yang akan kamu jalani hingga kamu akan berkata:
“Halo masa depan, akhirnya kamu muncul juga. Sudah lama aku menantikanmu. Banyak target yang sudah menunggu untuk direalisasikan. Ada banyak mimpi
yang siap dinyatakan. Aku tak peduli soal anggapan orang terhadap ku, karena
ini adalah hidup yang berhak untukku rancang sendiri. Aku juga berjanji takkan
memaksakan diriku untuk segala target yang telah disusun, karena segala yang
hadir di hidup ini, maka itulah porsi terbaik untuk kujalani. Aku sudah siap
dengan masa baru untuk perjalananku selanjutnya. ”
Masa
yang baru bukan untuk menciptakan individu baru sempurna dengan segala doktrin
tinggi yang membebani tetapi masa yang baru adalah sebuah masa depan yang
mengizinkan kita untuk berproses dan
terus memperbaiki diri mencapai versi terbaik dengan langkah terbaik yang kita miliki
Komentar
Posting Komentar