Anak Tengah
Penengah dan ditengah, inilah
kata yang cocok untuk menggambarkan peran dan posisi seorang anak tengah dalam
urutan persaudaraan di dalam keluarga. Sewaktu dulu sebelum ada adik, anak
tengah adalah orang yang mendapat sentuhan hangat dari seorang kakak, dan tumpahan
kasih sayang dari orang tua. Tapi kemudian semuanya seolah berubah setelah
kehadiran adik kecil, kian terasa tak ada lagi perhatian untuk anak tengah.
Anak tengah dalam keluarga itu
seperti bayang-bayang. Keberadaannya ada tapi terasa sering diabaikan. Saat
ingin bersikap menjadi seorang yang dituakan, maka akan teringat tempat itu
telah diambil oleh seorang kakak. Saat ingin bersikap menjadi sedikit kekanak-kanakan,
langsung saja tertolak karena ada adik yang lebih pantas untuk sikap itu.
Menjadi anak tengah akan sering merasa sendirian dalam keluarga. Tak tau jati
diri sendiri, dan tak tau tempat sendiri.
Anak tengah juga punya perang
bathin pribadi. Selain bingung bersikap, anak tengah juga bingung bertindak. Tak
jarang ketika menginginkan sesuatu, maka barang “bekas” dari kakaklah yang akan
didapatkan. Bahkan saat memiliki sesuatu dan adik memintanya, anak tengah akan
dipaksa mengalah dan terus mengalah. Rasanya itu seperti tak berhak untuk memiliki
apapun.
Momen berkumpul bersama keluarga
besar juga menjadi masalah rumit dalam hati. Menoleh ke sisi ini, anak sulung
dalam keluarga sedang membicarakan rencana masa depannya dengan para bapak.
Anak sulung itu terlihat keren dengan pembicaraannya, dewasa dan penuh visi.
Menoleh kesisi itu, terlihat anak bungsu sedang menjadi idola diatara ibu-ibu
yang gemas dengan tingkah lakunya. Padahal hanya berbicara 1 kata, tapi
ramainya seperti supporter bola yang sedang bersorak. Pesona anak bungsu memang
tiada tandingannya. Tapi melihat ke diri sendiri, rasanya menyedihkan. Diam dan
sunyi tanpa pembicaraan. Tak ditanya soal masa depan, tak diidamkan tingkahnya.
Sendiri dan perih, hanya itu yang anak
tengah bisa mengerti.
Kesepian yang terasa akhirnya
membuat anak tengah mencari pelipur laranya sendiri. Benar, jawabannya adalah
seorang teman. Itulah tempat mencurahkan tangis dan tawa. Saat keluarga sendiri
tak bisa memahami, anak tengah merasa hanya teman yang bisa dipercayanya.
Namun, anak tengah kembali merasa seperti disalahkan untuk segala hal yang telah
dilakukan. Anak tengah dianggap mementingkan teman yang bukan siapa-siapa
dibandingkan keluarga sendiri. Dicap tak bisa berbaur dengan keluarganya. Bingung,
gundah dan segala macam rasa sejenisnya memenuhi hati yang berakhir pada
tangisan dalam tempat yang gelap tanpa cahaya, tanpa suara dan tanpa
siapa-siapa.
Namun ada hal-hal yang lebih
besar, tapi sulit untuk dilihat. Anak tengah hanya bisa melihat kesedihan dan
kegentiran dari apa yang terasa. Melihat ke arah dinding tinggi yang menghambat jalan tanpa melihat
sekeliling bahwa telah ada tembok yang keropos untuk siap dihancurkan. Terkadang
melihat sesuatu dengan banyak arah akan lebih baik daripada hanya melihatnya
dalam satu arah. Semuanya tercipta dalam keseimbangan. Keseimbangan yang
berisikan hal negatif dan positif. Maka tidak ada salahnya untuk memandang apa
yang terjadi dengan melihatnya secara positif.
Lihatlah diri sendiri sebagai
anak tengah, walaupun dengan kesendirian itu, tidakkah anak tengah bisa
menyadari, jika anak tengah telah melatih diri untuk menempatkan diri dimana
pun berada. Anak tengah dianggap sebagai orang yang mampu bersosialisasi, dan
sangat bijakasana dalam menyikapi. Bukan hanya sekedar nama, tapi anak tengah
adalah penengah sebenarnya saat semua dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Menjadi anak tengah, sebenarnya dapat membuat satu orang merasakan dua tempat
yang berbeda, yaitu sebagai kakak dan sebagai adik. Mulai sekarang, seorang anak
tengah tak perlu sedih ketika merasa terabaikan, karena sebenarnya anak tengah
sendiri telah tumbuh lebih kuat dari yang pernah dibayangkan. Anak tengah
memang seseorang yang terlahir untuk mandiri. Mandiri untuk membuktikan langkah
kaki yang telah dipilih adalah jalan panjang yang tepat untuk menembus dunia
tanpa batasan dan ketakutan. Anak tengah mampu untuk menyelesaikan semua
masalah yang akan dihadapi, karena anak tengah telah terlatih untuk itu.
Hai anak tengah, sadarkah kamu? Anak
tengah telah melewati saat menyakitkan itu, dan lihat, anak tengah pasti mampu
melewatinya dengan cara unik yang dimiliki. Seorang anak tengah mampu tanpa
harus memohon pada orang lain. Saat orang lain bertanya mampukah seorang anak
tengah melewati hidup yang keras dan mencoba meremehkan, anak tengah akan memberi
jawaban tanpa kata, karena jawaban yang diberikan adalah pembuktian bahwa anak
tengah masih berdiri dengan kedua kakinya.
Anak tengah akan terus berlari
untuk sampai di tempat yang telah ia harapkan untuk disana. Anak tengah tak
akan berhenti sampai bisa mendapatkannya, karena seorang anak tengah telah
diciptakan Tuhan untuk terus berambisi terhadap keinginannya. Meskipun dunia
memojokkan, dan terus mengagunggkan orang lain dengan segala kemudahan yang
terlihat, anak tengah tetap berjuang karena baginya persaingan bukanlah sesuatu
yang ditakuti melainkan peluang untuk terus mendrongnya maju. Tetap menjadi
seekor singa yang memimpin hutan tanpa enggan, walaupun tahu, akan ada orang
lain yang lebih kuat darinya. Tak akan
menyerah, karena menyerah adalah kata permusuhan bagi seorang anak tengah.
Anak tengah tetaplah emas yang berharga. Anak tengah bukanlah anak yang pantas disepelekan seperti yang orang-orang katakan. Anak tengah adalah berlian berharga yang bahkan nilainya tak terukur untuk sebuah angka. Tetaplah berjuang terhadap apa yang menjadi keinginan, dan tolehkan kepala kearah yang menjadi tujuanmu.
Tutup telinga untuk
semua perkataan orang yang merendahkanmu, karena yang perlu didengar hanyalah
hati mu, yang perlu diingat adalah impianmu, dan yang perlu di ucap hanyalah
doa mu pada Tuhan agar semua harapan menjadi nyata.
Komentar
Posting Komentar